Rumah kami tidak ada garasi. Kami menaruh mobil tua kami di carport depan rumah tempat kami tinggal. Karena berada di luar, mobil kami sangat mudah menjadi kotor. Dua hari dibiarkan begitu saja, sudah cukup untuk membuat debu tebal menempel. Pernah suatu kali anak-anak berbuat iseng dengan menulis dan menggambari mobil kami yang berdebu tebal itu.
Hidup manusia pun bisa dipenuhi “kotoran” yang berupa timbunan memori negatif. Karena itu perlu sering dilakukan pembersihan supaya hidup kita bebas dari memori negatif yang merugikan. Yesus menjadi purwarupa (prototype) bagi kita melalui tindakan-Nya mengosongkan diri. Pengosongan diri yang dilakukan Yesus membuat-Nya benar-benar berada pada titik nol. Ia tidak hanya menahan diri untuk tidak menggunakan kemampuan dan hak istimewa-Nya dengan sukarela, melainkan juga menerima penderitaan, kesalahpahaman, perlakuan buruk, kebencian bahkan kematian di kayu salib.
Sebagai pengikut Kristus kita pun perlu mengosongkan diri, membawa diri kembali kepada “titik nol”. Membuka diri terhadap proses pembersihan sehingga hidup kita menjadi bersih serta mampu menyatakan kehendak Allah dengan sempurna. Berada pada titik nol akan membawa kita merasa sangat dekat dengan Tuhan, menjadi sempurna dan dapat mendengar suara Tuhan. Bertanggung jawab atas setiap masalah, alih-alih melemparkannya ke pundak orang lain. Dibutuhkan perjuangan memang, mengingat memori buruk terus terakumulasi dari hari ke hari. Diperlukan penyesalan atas dosa, pertobatan, ungkapan syukur dan penerimaan diri